BERBEDA TANPA MENCELA
Pembaca Inspirasi Islam, berkembang pesatnya teknologi dan semakin majunya akses informasi ternyata tidak selamanya membawa dampak positif bagi kehidupan manusia. Apa yang terjadi di media sosial menjadi salah satu contohnya. Banyak sekali saudara-saudara kita yang hanya karena perbedaan sepele kemudian dengan mudahnya melontarkan cacian, hinaan bahkan melaknat dengan kata-kata yang tidak pantas. Perilaku seperti ini tentu sangat jauh dari akhlak mulia Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits diterangkan,
لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا لَعَّانًا وَلَا سَبَّابًا صحيح البخاري (الطبعة الهندية) (ص: 3051)
“RASULULLAH Shollallohu ‘alaihi wa sallam bukanlah sosok yang suka berkata kotor, bukan pula orang yang suka mencela ataupun melaknat” (HR.Al-Bukhori)
“RASULULLAH Shollallohu ‘alaihi wa sallam bukanlah sosok yang suka berkata kotor, bukan pula orang yang suka mencela ataupun melaknat” (HR.Al-Bukhori)
BELAJAR DARI RASULULLAH
RASULULLAH Shollallohu alaihi wa sallam, adalah sosok yang begitu bijak dan santun dalam menyikapi perbedaan. Diceritakan pada suatu hari RASULULLAH berjalan melewati tiga sahabat yang tengah membaca Al-Quran dan berdzikir. Ketiga sahabat tersebut adalah Sayyidina Abu Bakar Assiddiq, Sayyidina Umar bin Khottob dan Sayyidina Bilal Bin Robah.
RASULULLAH Shollallohu alaihi wa sallam, adalah sosok yang begitu bijak dan santun dalam menyikapi perbedaan. Diceritakan pada suatu hari RASULULLAH berjalan melewati tiga sahabat yang tengah membaca Al-Quran dan berdzikir. Ketiga sahabat tersebut adalah Sayyidina Abu Bakar Assiddiq, Sayyidina Umar bin Khottob dan Sayyidina Bilal Bin Robah.
Sayyidina Abu Bakar membaca Al-Quran degan begitu lirih hingga Rasul yang lewat di depan nya hampir tidak mendengar bacaan tersebut. Kemudian Rasul bertanya kepadanya tentang amalan yang dilakukannya tersebut, dan Sayyidina Abu Bakr pun menjawab: “Ya Rasulalloh, sungguh ALLAH maha mendengar dengan apa yang aku munajatkan kepada-NYA”. RASULULLAH shollallohu ‘alaihi wa sallam diam tidak berkomentar apapun.
Di sebelah Sayyidina Abu Bakr duduklah Sayyidina Umar yang tengah berdzikir dengan suara keras, jauh berbeda dengan Sayyidina Abu Bakr. Rasul pun menanyai apa gerangan yang mendasari perbuatan nya tersebut dan Sayyidina Umar pun menjawab, “Ya Rasululalloh Aku ingin membangunkan orang yang tidur dan mengusir syetan dengan suaraku ini”. Mendengar jawaban ini Rasul pun diam tidak melarang ataupun menyalahkan.
Kemudian di samping Sayyidina Umar, duduk pula Sayyidina Bilal bin Rabah tengah membaca Al-Quran namun tidak runtut seperti pada umumny. Beliau membaca ayat secara sepotong-sepotong. Satu ayat dari surat ini dan dilanjutkan dengan ayat dari surat lainnya. Melihat hal yang langka ini Rasulullah pun bertanya kepada nya sebagaimana Beliau pada Abu Bakr dan Umar. Kemudian Sayyidina Bilal menjawab “Ya Rasulalloh, Aku tengah mencampur sesuatu (ayat) yang wangi dengan (ayat) wewangian lainnya.”.
Mendengar jawaban dari ketiganya RASULULLAH shollallohu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ قَدْ أَحْسَنَ وَأَصَابَ.
“Sungguh kalian semua telah melakukan sesuatu yang baik dan benar” (Kitab Ihya Ulumiddin 1/288)
“Sungguh kalian semua telah melakukan sesuatu yang baik dan benar” (Kitab Ihya Ulumiddin 1/288)
PERISTIWA DI BANI QORAIDHOH
Bani Quraidhoh adalah sekelompok suku yang beragama Yahudi, Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyerang kaum itu karena pembangkangan dan pengingkaran perjanjian yang mereka lakukan. Dalam proses penyerangan itu Rasulullah Shollallhu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabatnya
Bani Quraidhoh adalah sekelompok suku yang beragama Yahudi, Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyerang kaum itu karena pembangkangan dan pengingkaran perjanjian yang mereka lakukan. Dalam proses penyerangan itu Rasulullah Shollallhu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabatnya
“لا يُصَلِّيَنَّ أحد منكم العصر إلا في بني قريظة”
“Janganlah kalian Shalat Ashr kecuali setelah sampai di Bani Quraidhah.”
“Janganlah kalian Shalat Ashr kecuali setelah sampai di Bani Quraidhah.”
Namun faktanya sebelum mereka sampai di Bani Quraidhoh ternyata waktu Shalat Ashr sudah hampir habis. Di sinilah muncul perbedaan antar para sahabat. Sebagian di antara mereka melaksanakan shalat terlebih dahulu dengan keyakinan tidak mungkin Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk shalat di luar waktu, sedangkan perintah itu mereka anggap hanya sebagai isyarat atau perintah agar mereka mempercepat langkah mereka.
Namun sebagian sahabat yang lain tetap melakukan shalat di Bani Quraidhoh walaupun harus mengerjakannya di luar waktu. Mereka yakin bahwa apapun yang diperintahkan Nabi SAW harus kita lakukan karena hanya dengan perintah beliaulah kita bisa mengerti perintah Allah SWT.
Demikian perbedaan itu terjadi dan ketika mengetahui hal itu Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam tidak menyalahkan atau mencela satu pun dari dua golongan tersebut. (lihat di Kitab Nurul Yaqin Hal.122)
Perhatikan wahai saudaraku sekalian, para sahabat yang notabenenya sosok mulia yang hidup di generasi terbaik-pun ternyata mengalami perbedaan. Namun mereka tetap saling menghargai tanpa menyalahkan satu dan lainnya. Lihat pula betapa bijak dan santun nya Rasulullah dalam menghargai kebaikan orang lain, meskipun ada perbedaan dalam melakukannya.
Lalu pantaskah kita yang penuh kekurangan ini mengaku paling baik dan dengan mudahnya menyalahkan, mencela atau bahkan melaknat saudara kita hanya karena secuil perbedaan? Mari renungkan hadits Nabi berikut ini,
إذا عظَّمَتْ أمتى الدنيا نُزِعَتْ منها هيبةُ الإسلامِ وإذا تَرَكَت الأمرَ بالمعروفِ والنهىَ عن المنكرِ حُرِمَتْ بركةُ الوحى وإذا تسابَّتْ أمتى سقطتْ من عينِ الله (الحكيم عن أبى هريرة) جامع الأحاديث للسيوطي (3/ 368)
“Ketika umatku lebih mengagungkan dunia (melupakan akhirat) maka akan dicabut dari mereka kewibawaan Islam, dan ketika mereka meninggalkan Amar ma’ruf dan nahi munkar maka mereka diharamkan dari keberkahan wahyu, dan ketika UMATKU SALING MENCACI MAKA MEREKA AKAN JATUH DI SISI ALLAH”.
“Ketika umatku lebih mengagungkan dunia (melupakan akhirat) maka akan dicabut dari mereka kewibawaan Islam, dan ketika mereka meninggalkan Amar ma’ruf dan nahi munkar maka mereka diharamkan dari keberkahan wahyu, dan ketika UMATKU SALING MENCACI MAKA MEREKA AKAN JATUH DI SISI ALLAH”.
Wahai saudaraku, marilah bersatu! Perbedaan yang ada diantara kita adalah keniscayaan yang tidak mungkin bisa kita hindari. Ingatlah bahwa kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga bangsa dan agama kita. Selama niat kita baik dan apa yang kita lakukan memiliki dasar yang bisa dipertanggung jawabkan, janganlah saling menjatuhkan satu sama lain. Dan jika ada orang lain yang menurut anda salah, ingatkanlah dia dengan cara yang baik bukan dengan celaan atau hinaan.
Reverensi : Gus Ajir Ubaidillah
www.inspirasiislam.com
www.inspirasiislam.com