Ketika peran dan jasa habaib sudah dipertanyakan oleh oknum yang ngaku aswaja ?

Maka saya kepingin memberika sekilas pandang peran pejuang salah seorang habib dari Serambi mekkah yaitu Atjeh... yukz tarik nafas bismillah
Adalah Kesultanan Aceh Darussalam merupkan salah satu kesultanan di Nusantara yang memiliki peran besar dalam proses Islamisasi yang mendapat dukungan dari Syarief Mekkah. Adapun hubungan antara Kesultanan Aceh dengan Syarief Mekkah ditandai oleh utusan-utusan dari kalangan Habaib, Syekh dan Ulama yang datang silih berganti dan memiliki perannya masing-masing. Diantara utusan itu terdapat nama yang sudah populer seperti Allamah alHabib Abu Bakar Balfaqih yang dikenal dengan Habib Diajung. Namun sangat menyayangkan banyak pula yang tidak terekam dalam litertur sejarah Aceh, seperti Habib Abdurrahman bin Alwi Alhabsyi yang memiliki peran cukup signifikan dalam rekonsiliasi masyarakat Aceh.
Dari bukti-bukti dokumen yang sah dan ditandatangani oleh Sultan Muhammad Syah dan Sultan Mansyur Syah, maka diketahui bahwa Habib Abdurrahman bin Alwi AlHabsyi adalah seorang kepercayaan sekaligus penasehat Sultan dalam mengurus roda pemerintahan sekaligus dalam menjalankan hukum agama, baik sebagai hakim, wali maupun khatib dan mubaligh. pejuang .penata peradaban dan pembangkit ekonomi kerakyatan,dan tanahnya banyak diwakafkan untuk syiar islam bahkan ada tanah di daerah mekkah yg sampai hari ini dimanfaat oleh badan nadzir saudi untuk dikelola untuk pemondokan jamaah haji itulah sebabnya Habib Abdurrahman mendapat kehormatan masyarakat dan mendapat rizki berlimpah ruah yang menjadikan beliau salah satu hartawan di daerah Bugak dan sekitarnya. Sebagai seorang Habib, keturunan Rasulullah yang zahid, tentu beliau adalah seorang yang dermawan dan murah hati dalam membantu masyarakatnya.hingga kharismanya sampai hari ini seperti hal masyarakat menziarahi maqomnya.
Di sekitar daerah Bugak, terdapat banyak keturunan habaib, terutama dari keturunan Jamalullayl, al-Mahdali, Alaydrus dan mayoritasnya adalah Al-Habsyi. Keturunan Al-Habsyi sangat mendominasi, terutama yang berasal dari sekitar Monklayu. Menurut penelitian dan penelusuran penulis, kebanyakan Sayyid di sekitar Bugak adalah dari keturunan Al-Habsyi. Keturunan ini berasal dari Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi yang hingga saat ini sudah turun temurun menjadi 8 generasi. Menurut beberapa Orang Tuha dan Tgk. Imeum di sekitar Bugak, Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi adalah salah seorang yang pertama membuka Bugak dan memiliki kedudukan terhormat sebagai wakil Sultan. Hal ini diperkuat dengan dokumen yang dikeluarkan Sultan Mansyur Syah bertahun 1270 H/ 1825 M yang menyebutkan dengan terang nama Habib Abdurrahman dengan Bugak.
Di sekitar daerah Bugak, terdapat banyak keturunan habaib, terutama dari keturunan Jamalullayl, al-Mahdali, Alaydrus dan mayoritasnya adalah Al-Habsyi. Keturunan Al-Habsyi sangat mendominasi, terutama yang berasal dari sekitar Monklayu. Menurut penelitian dan penelusuran penulis, kebanyakan Sayyid di sekitar Bugak adalah dari keturunan Al-Habsyi. Keturunan ini berasal dari Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi yang hingga saat ini sudah turun temurun menjadi 8 generasi. Menurut beberapa Orang Tuha dan Tgk. Imeum di sekitar Bugak, Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi adalah salah seorang yang pertama membuka Bugak dan memiliki kedudukan terhormat sebagai wakil Sultan. Hal ini diperkuat dengan dokumen yang dikeluarkan Sultan Mansyur Syah bertahun 1270 H/ 1825 M yang menyebutkan dengan terang nama Habib Abdurrahman dengan Bugak.

Menurut penelitian Sayed Dahlan yang dikuatkan dengan dokumen Kesultanan Aceh bertahun 1224 H (1800 M) yang ditandatangani Sultan Mahmud Syah, Habib Abdurrahman diangkat menjadi Bentara Laksamana karena memiliki kelebihan dalam bidang kemiliteran dan kelautan, yang bertugas menghalau kapal-kapal perang penjajah Belanda yang ingin menguasai Aceh. Markas besar beliau adalah di delta Sungai Krueng Tingkeum Monklayu yang sangat strategis. Maka sejak saat itu Habib Abdurrahman kemudian tinggal di Monklayu sebagai tokoh pemerintah dan ulama yang dipercaya Sultan yang seterusnya dilanjutkan oleh anak keturunan beliau.
Sejak Habib Abdurrahman menjadi Teuku Chik yang berkedudukan di Monklayu, maka mulai berkembanglah daerah tersebut, terutama Kuala Ceurapee menjadi salah satu daerah pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang, baik dalam dan luar negeri.
Di ujung hayatnya, sekitar pertengahan abad ke 19 M (1850-1880 an M), bertepatan dengan dimulainya serangan-serangan Kolonialis Belanda terhadap Aceh, maka beberapa kapal armada laut Kesultanan Aceh ditempatkan di sekitar delta sungai Krueng Tiengkem, di Monklayu yang sangat strategis. Karena Habib Abdurrahman adalah Teuku Chik di Monklayu, maka secara otomatis Sultan memberikan tugas untuk menjaga armada kapal perang Kesultanan Aceh. Menurut cerita yang berkembang pada anak cucu beliau, Habib Abdurrahman ikut memimpin perlawanan terhadap Kolonialis Belanda, terutama dalam memimpin armada kapal perang dengan jabatan sebagai Bentara Laksamana yang berkedudukan di Monklayu.
Ringkasan Dri sumber penelitian Ilmiah DR Hilmi abu bakar
By Habib
Abdul Kadir Maulachailah