Pemuda Sejati Yang Mandiri Sesuai Nasihat Sayyidina Ali

Seperti yang kita tahu bersama, setiap manusia mengalami proses atau tahapan kehidupan, mulai dari ketika masih di alam ruh, kemudian dikirim ke dunia melalui janin seorang ibu dan lahirlah seorang bayi yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang pemuda. Tahapan menjadi seorang pemuda ini lah yang paling riskan terkait dengan akhlak manusia.
Engkau dapat melihat masa depan seseorang dari apa yang ia lakukan dimasa muda
Di masa muda, ada banyak persinggungan budaya serta perkembangan pola pikir yang apabila tidak di sikapi dengan ilmu dan akhlak yang baik, maka ia akan menjadi pemuda yang merugi. Maka dari itu, untuk menjadi seorang pemuda yang memiliki pribadi tangguh serta berakhlak mulia, seyogyanya kita harus mencontoh tauladan kita yaitu sang miftahul ilmi, Sayyidina Ali R.A
Dalam salah satu maqolah nya, Sayyidina Ali R.A pernah :
ليس الفتی من يقول هذا ابی
Laisal fatâ man yaqûlu Hâdzâ Abî
لکن الفتی من يقول هاانا
Lâkinnal fatâ man yaqûlu Hâ Ana
“Bukanlah seorang pemuda yang membanggakan kedudukan ayahnya dan hartanya, tetapi seorang pemuda yang berkata inilah aku
Dari perkataan sayyidina Ali dapat kita ambil hikmah agung yang mampu memotivasi kita sebagai pemuda. Bahwa dalam hidup, kita harus mampu berdiri dengan kaki sendiri, berjuang mencapai kesuksesan tanpa terus berada di bawah bayang bayang orang tua.
Fenomena kini dapat kita lihat bahwa seorang pemuda seringkali bersifat menja dan sombong dengan kehebatan orang tuanya sehingga ia bersantai - santai bahkan seringkali menjadi malas karena keberhasilan orang tuanya.
Pemuda sejati akan berani membusungkan dada dan berkata " inilah aku", aku memiliki kemampuan yang harus aku gali, aku bisa mandiri, aku bisa berjuang demi cita - citaku tanpa menyombongkan diri. Ayahku adalah ayahku, aku adalah aku, maka aku akan memuliakan diriku dengan perjuanganku, bukan bersembunyi dibalik kemuliaan ayahku.
Seorang pemuda adalah ia yang siap berletih - letih meski ia memiliki banyak fasilitas. Ia mampu mandiri meski banyak harta, ia hanya akan menggunakan apa yang orang tua mereka miliki untuk menjadi sarana keberhasilan bukan sebagai sesuatu yang disombongkan apalagi menjadikan terlena dengan segala kemudahan - kemudahan.
Seorang pemuda bukan mereka yang bermanja - manja, merasa tenang dan bermalas - malasan sebab apa yang telah diraih orang tuanya. Menyombongkan motor, mobil dan segala fasilitas pemberian orang tua. Bukan pemuda jika mereka merendahkan orang lain karena pangkat derajat orang tuanya. Kita adalah sama dimata Allah meski kita anak kyai, anak presiden, anak nabi sekalipun dimata Allah tetap sama.
Maka, saya, kamu, dan mereka, adalah para pasukan sholawat yang seharusnya terus berkreasi, berdaya cipta dengan penuh semangat tanpa menggantungkan diri dengan kedudukan, pangkat, harta dan fasilitas orang tua. Maka, kita adalah para pejuang islam yang siap menghadapi segala hal dengan randah hati serta penuh keberanian.
Semoga kita menjadi pribadi - pribadi yang tangguh, pribadi - pribadi laskar sholawat yang membawa ghirah islam aswaja Annahdliyah seperti yang telah Nabi kita contohkan. Allohumma Sholli 'Ala Muhammad.